Lhoseumawe – Dolar AS Tembus Rp16.600 Nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah kembali menunjukkan penguatan signifikan dan menembus level psikologis Rp16.600 per
Baca Juga : Israel Terus Gempur Gaza Jelang Sidang PBB 60 Orang Tewas
“Kami memiliki instrumen dan strategi yang cukup untuk menjaga stabilitas rupiah. Ini hanya bersifat sementara, tekanan global memang sedang tinggi,” ujarnya dalam konferensi pers.
Selain itu, BI juga memperkuat kebijakan triple intervention, yakni melalui intervensi di spot market, DNDF, dan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) di pasar sekunder.
Perry Warjiyo juga menyampaikan optimisme bahwa dalam beberapa bulan ke depan, seiring dengan meredanya tekanan global, rupiah akan kembali ke level yang lebih kuat.
Kami memproyeksikan nilai tukar rupiah akan menguat ke kisaran Rp15.800 hingga Rp16.000 per USD di akhir tahun, tergantung dinamika global,” tegas Perry.
Selain itu, Perry menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga negara dalam menjaga kestabilan makroekonomi Indonesia.
Pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan koordinasi agar tekanan terhadap pasar keuangan dapat diredam dengan cepat.
BI juga mendukung langkah pemerintah dalam menjaga defisit anggaran dan mendorong ekspor untuk memperkuat neraca transaksi berjalan.
Sejumlah ekonom menyatakan bahwa meski rupiah melemah, dampaknya terhadap inflasi relatif terbatas karena permintaan domestik masih stabil dan harga pangan terkendali.
namun, mereka tetap mengingatkan bahwa pelemahan rupiah yang berkepanjangan bisa berdampak pada biaya impor dan utang luar negeri dalam jangka panjang.
Investor asing juga cenderung wait and see melihat perkembangan rupiah sebelum kembali masuk ke pasar modal Indonesia.
Di sisi lain, masyarakat juga mulai merasakan dampak dari melemahnya rupiah melalui kenaikan harga beberapa barang impor.
Dalam situasi ini, BI mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak melakukan aksi borong atau spekulatif terhadap dolar AS.
Tidak perlu panic buying. Rupiah akan kembali menguat. Ini bukan krisis, hanya penyesuaian nilai tukar akibat faktor global,” ujar Perry menegaskan.